Di era digital yang hyper-connected, reputasi brand bisa berubah hanya dalam hitungan jam. Satu pernyataan kontroversial dari Key Opinion Leader (KOL), satu unggahan lama yang “digali” netizen, atau satu isu yang viral bisa berdampak langsung ke trust dan performa bisnis. Maka, KOL management kini tak hanya soal memilih influencer dengan banyak followers atau engagement tinggi—tapi soal mempersiapkan sistem yang tahan krisis, adaptif terhadap budaya, dan berpihak pada keberlanjutan reputasi jangka panjang.
Cancel Culture Bukan Tren Sementara
Dulu, krisis reputasi adalah urusan PR. Kini, di era cancel culture, siapa pun bisa menjadi pemicu atau korban. Salah satu insight dari buku Hype Machine karya Sinan Aral menyoroti bagaimana konten emosional, terutama yang bersifat kontroversial, menyebar lebih cepat di platform digital. Ini berarti, satu kesalahan kecil dari KOL bisa memicu reaksi berantai yang jauh lebih besar dari yang dibayangkan.
Maka dalam KOL management, brand tidak bisa lagi bersandar pada kesan luar atau metrik permukaan. Diperlukan strategi yang lebih dalam: due diligence, pemetaan risiko, dan skenario penanganan krisis yang konkret.
Mengubah Proses Seleksi Jadi Sistem Audit Reputasi
Langkah awal dari KOL management yang tahan krisis adalah membangun proses seleksi yang tidak hanya mengukur reach atau engagement, tapi juga digital footprint dan potensi red flags. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan:
- Riwayat Konten: Telusuri unggahan lama sang KOL, bukan hanya di feed, tapi juga komentar, likes, dan konten yang dihapus.
- Keterkaitan Ideologis: Apakah nilai-nilai pribadi KOL selaras dengan value brand Anda? Jangan tunggu sampai audiens yang mengungkap ketidaksesuaian ini.
- Jejak Kontroversi: Apakah sang KOL pernah terlibat dalam perdebatan publik atau skandal? Ini bukan berarti harus dihindari sepenuhnya, tapi perlu dipahami risikonya.
Proses ini tidak bisa dilakukan sekali jalan. Di era algoritma yang terus berubah, KOL management harus bersifat ongoing dan adaptif.
Bangun Relationship Bukan Sekadar Partnership
Alih-alih memperlakukan KOL sebagai “papan iklan digital”, pendekatan relationship marketing menjadi kunci. KOL yang memiliki hubungan dua arah dengan brand cenderung lebih berhati-hati dalam menjaga reputasinya saat mewakili Anda.
Brand perlu:
- Mengedukasi KOL tentang brand guidelines dan sensitivitas budaya
- Melibatkan mereka dalam diskusi strategi konten, bukan hanya brief sepihak
- Menjadikan mereka bagian dari ekosistem brand, sehingga ada rasa tanggung jawab bersama
Pendekatan ini bukan hanya mengurangi risiko, tapi juga meningkatkan kualitas storytelling yang lebih otentik—dan pada akhirnya, lebih berdampak.
Siapkan Protokol Krisis, Jangan Tunggu Viral Dulu!
Skenario terburuk bukan sesuatu yang “mungkin tidak terjadi” tapi sesuatu yang pasti akan terjadi cepat atau lambat. Maka, KOL management harus menyertakan crisis response framework, antara lain:
- Mapping potensi backlash sebelum kampanye diluncurkan
- Alur respons jika kontroversi terjadi
- Draft pernyataan yang sudah disiapkan sesuai level eskalasi
- Tim crisis task force dari sisi brand, agency, hingga KOL-nya
Jangan menunggu reaksi publik untuk menyusun strategi. Proaktif lebih kuat daripada reaktif dalam mempertahankan kepercayaan.
Mengintegrasikan Nilai-Nilai Budaya ke dalam Strategi KOL
Dalam Hype Machine, Aral menunjukkan bagaimana “cultural contagion”—penularan nilai, emosi, dan opini—mempengaruhi interaksi digital. Maka, KOL management yang efektif tidak hanya melihat ke audiens secara demografis, tapi juga memahami konteks sosial, politik, dan budaya yang sedang hidup di ruang digital tersebut.
Artinya:
- Kampanye Anda harus aware dengan social tension yang sedang berlangsung
- KOL yang dipilih sebaiknya punya sensitivitas budaya dan posisi yang jelas
- Konten tidak boleh netral dalam isu-isu moral yang penting bagi target audiens Anda
Di 2025, brand akan dinilai bukan dari seberapa besar iklannya, tapi seberapa jelas sikapnya.
Mengelola Risiko dan Reputasi Bersama CDL Agency
Di CDL Agency, kami membangun sistem kolaborasi strategis yang mempertimbangkan reputasi, value, dan cultural fit dengan pendekatan data dan intuisi kreatif yang seimbang. Kami membantu Anda membangun ecosystem of trust bersama KOL yang bukan hanya bicara untuk Anda, tapi juga berdiri bersama Anda saat krisis datang.
Karena cancel culture tidak akan pergi, dan publik makin kritis maka brand visioner butuh partner yang bisa berpikir jauh ke depan. Hubungi CDL Agency hari ini dan mulailah membangun sistem KOL management yang benar-benar tahan terhadap badai reputasi.